Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Supaya Jadi Kaya Mengapa Suatu Negara Tidak Mencetak Uang Sebanyak - Banyaknya

Mencari Jawaban Lewat Kepopedia



Ketika Anda Bertanya :


* Kenapa Gak Cetak Uang Yang Banyak Buat Bayar Hutang Negara Atau di Bagi - Bagikan Ke Rakyatnya ?

* Apa Alasannya Uang di Suatu Negara Tidak Bisa di Cetak Semaunya ?

* Bagaimana Aturan Mencetak Uang Di Sebuah Negara ?

* Apa Dampaknya Kalau uang yang Beredar di Suatu Negara Terlalu Banyak Jumlahnya ?

* Bagaimana Perbadingan yang Tepat antara kekayaan suatu negara dengan uang yang beredar ?

* Katanya Roda Ekonomi suatu negara itu bisa Bergerak dengan baik Jika Masyarakat Membelanjakan Uangnya, lalu kenapa pemerintah gak cetak uang saja yang banyak untuk di bagi - bagikan kepada kita buat belanja ?

* Berapa banyak sih uang yang beredar di masyaratkan kita saat ini ?


Mari Kita Cari Tahu Jawabannya !

Untuk Memahami Masalah Ini, Pertama - tama Kita Cari Tahu Terlebih dahulu kenapa suatu negara gak bisa seenaknya mencetak uang sebanyak - banyaknya ? Jawabnya Singkat Saja, Jika Jumlah uang beredar di suatu negara jumlahnya terlalu banyak dan tidak sebanding dengan produktifitas ekonomi negara tersebut maka Resikonya akan terjadi Inflasi dan Jika Terjadi Inflasi di negara tersebut maka dampaknya harga barang dan jasa akan naik terus - menerus sehingga barang dan jasa tersebut menjadi semakin mahal dan bahkan menjadi sangat mahal, jika barang dan jasanya menjadi sangat mahal maka daya beli masyaratkatnya akan menurun dan parahnya hingga kehilangan daya beli alias jatuh ke dalam garis kemiskinan.  Ok.. lebih dalam lagi kita akan pahami apa itu Inflasi ?

Inflasi adalah : Sebuah Kondisi Perekonomian yang ditandai dengan kenaikan harga barang dan jasa secara cepat  dan berlangsung secara terus – menerus, sehingga berakibat menurunnya Daya Beli.


Mengapa Jika Uang Yang Beredar di Suatu Negara Terlalu Banyak Bisa Mengakibatkan Inflasi ?






Begini Ilustrasinya : Sebagai Contoh, Misalnya Pemerintah sebuah negara mencetak uang yang banyak lalu mengedarkannya dengan cara di bagikan kepada rakyatnya, Misalnya Masing - Masing Dapat Uang Tunai 10 Juta Rupiah Saja Setiap Bulannya, coba anda bayangkan apakah gerangan yang akan Terjadi ? 

Yang Pertama, Sebagian Besar dari Mereka akan Merasa jadi " Orang Kaya Mendadak " atau OKB ( orang kaya baru ) - Ya.. Jelas Jadi OKB, karena sebelumnya jangankan pegang uang 10 Juta Rupiah, Bisa Punya Uang 2 Juta Rupiah saja perjuangannya kadang harus sampai " pergi pagi - pulang pagi " atau bahkan jadi Bang Toyib yang sampe gak pulang - pulang.

Yang Kedua, Kalau sudah pegang uang banyak, kira - kira apa yang akan mereka lakukan ? Pasti Belanja alias jadi Konsumtif - Ia kapan lagi dapat uang kaget ! Mumpung pegang uang banyak, pasti jadi " Lapar Mata " Kepingin Beli - Ini dan Beli Itu - Bisa ada bayangkan jika 75 Persen saja Penduduk Negara Tersebut rame - rame berubah jadi Konsumtif dan Kerjanya Setiap Hari Sibuk Shoping sana - sini, apakah yang akan terjadi ?





1. Pasar dan Pusat - pusat perbelanjaan mendadak jadi sangat ramai, bahkan Toko Online / E-commerce pun akan mendadak kebanjiran order.

2. Kemudian dalam waktu singkat barang - barang dagangan akan ludes terjual ( sold out )

3. Dalam waktu semalam saja atau bahkan beberapa jam saja, harga barang dan jasa bisa berubah harganya dan terus naik mengikuti pola Supply and Demand.

4. Karena semua sedang banyak uang, maka hanya sedikit orang yang masih mau produktif bekerja

5. Produksi akan berjalan lambat karena kekurangan SDM ( Sumber daya manusia )

6. Supply and Demand menjadi tidak seimbang, Permintaan akan jauh lebih banyak di bandingkan ketersediaannya.

7. Karena Kurangnya SDM, maka Upah Tenaga Kerja Menjadi Sangat Mahal, yang otomatis akan berdampak secara terus menerus memicu produsen menaikan harga jual barangnya akibat Cost Production yang semakin meningkat, dan hal ini akan berlangsung terus - menerus dalam mata rantai ekonomi negara tersebut.

8. Tak Hanya Upah Tenaga Kerja yang Semakin mahal, Jasa Pun semakin mahal, para penjual jasa seperti dokter, tukang, guru dan penjual jasa lainnya juga pasti minta di bayar lebih mahal dengan alasan biaya hidup yang semakin mahal ! Nah loh.. semakin Complicated kan masalahnya ?

9. Next..., Tak hanya Penjual jasa yang menaikan tarifnya, Bunga Pinjaman di Bank pun semakin Naik karena bunga simpanannya juga naik, mengapa demikian ? ya.. karena Ketika tingkat inflasi di suatu negara semakin tinggi dan tak terkendali, maka untuk mengendalikannya, Bank Sentral Negara tersebut pasti akan menaikkan Tingkat Suku Bunga Simpanan dengan tujuan mengurangi jumlah uang yang beredar agar Tingkat Inflasi mulai Menurun, otomatis Ketika Suku Bunga Simpanan Naik, Suku Bunga Pinjaman pun akan ikut naik, sehingga Pinjaman pun Menjadi Mahal, dampaknya apa kalau pinjaman modal jadi mahal ? balik lagi, Cost Production jadi Mahal dan Harga Barang menjadi Naik !

10 . Jika Tingkat Inflasi Semakin parah, lambat laun Nilai Mata Uang Negara Tersebut menjadi tidak berharga, contohnya : Salah satu negara yang pernah mengalami inflasi yang cukup parah adalah Zimbabwe, Sudah cukup lama mata uang negara tersebut terus mengalami penurunan nilai, bisa anda bayangkan harga telur bisa mencapai 100 miliar dolar Zimbabwe, untuk beli telor harus bawa uang segerobak ! dan akhirnya untuk biaya cetak uang pemerintah mengeluarkan uang baru yang nominal uangnya selembar 100 Milyar... nolnya sampe pusing ngitungnya bro.. hmmm.. ini nyata loh bukan cerita dari negeri dongeng, kasus inflasi di Zimbabwe tersebut bisa dengan mudah anda dapatkan informasinya lewat googling, di antara bisa bukti gambar di bawah ini.





Tak Hanya Zimbabwe, ada beberapa negara besar pun pernah mengalami pahit getirnya Inflasi yang sedemikian hebat ( Hyperinflasi ), Yaitu Negara Hungaria Tahun 1945-1946, Negara Jerman 1922-1923 dan Negara China Tahun 1947-1949, dan yang tidak boleh kita lupakan, Indonesia juga pernah mengalami Hiperinflasi di akhir masa kepemimpinan Presiden Soekarno, dimana Tingkat inflasi saat itu terus melambung. Sejak Tahun Pada 1962, inflasi tahunan mencapai 165 persen dan mencapai puncak pada 1965 saat Inflasi menembus angka 600 persen, Inflasi saat itu, salah satunya karena banyak uang yang dicetak untuk membiayai proyek - proyek mercusuar Soekarno, kemudian akhirnya Pemerintah melakukan pengguntingan nilai mata uang dari 1 000 Rupiah Menjadi 1 Rupiah Nilainya.


Yang Ketiga, Jika Barang dan Jasa menjadi sangat mahal dan Nilai Mata Uang Menjadi Tak Berarti lagi, hanya ada satu kata yang bisa menyimpulkan itu semua yaitu : Kemiskinan !


Nah... Lebih Dalam Lagi, Kita juga perlu tahu bahwa Inflasi itu bisa dianggap terjadi pada suatu negara apabila proses kenaikan harga berlangsung terus-menerus dan saling berpengaruh satu sama lain, Bagaimana Cara Mengukurnya ? hmmm Terdapat banyak cara untuk mengukur laju inflasi di suatu negara, tetapi cara yang paling sering digunakan adalah dengan menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK).


--->  SELANJUTNYA ->
LightBlog
LightBlog